Langsung ke konten utama

Baby Blues Syndrome: Jatuh Cinta yang Bisa Berujung Derita, Bagaimana Mencegahnya?

 


"Jatuh Cinta Tak Selalu Datang bersama Bahagia", kalimat yang mengungkapkan betapa indah dan bahagianya ketika kesempatan menjadi seorang ibu tiba. Saat sembilan bulan lamanya membawa calon manusia di tubuh yang mulanya lincah, lalu harus merasa berbagai perubahan diri yang tak mudah.

Kiranya akan serasa ringan dan sangat bahagia begitu bayi terlahir ke dunia. Namun kenyataannya banyak hal yang dirasakan begitu menantang dan sangat baru saat menjadi ibu. Melihat paras lugu dari kehadiran bayi yang selama ini amat ditunggu, menyentuh jemari mungil dan tubuh yang begitu kecil, rasa terharu dan jatuh cinta pandangan pertama dengan cepat lalu hadir. Sayangnya memang benar cinta butuh pengorbanan, begitupun jatuh cinta yang satu ini. Tak selalu bahagia, tentu saja sebagai seorang ibu kemudian dipaksa melalui berbagai hal seperti rasa kesal, kecewa bahkan luka yang dibawa. 

Mengawali hari pertama saat proses berjuang usai namun begitu melelahkan. Baik persalinan normal maupun operasi, seorang ibu harus merasakan luka. Secara fisik luka yang ditahan dalam perih seolah tak dapat disalurkan melalui air mata lagi. Karena cinta yang semakin tumbuh pada individu baru mengalahkannya. Di sisi lain darah masih mengalir, entah berapa kali harus bolak-balik ke kamar mandi untuk memastikan agar tak mengotori. Masih soal urusan kamar mandi, bahkan mungkin harus buang air kecil atau besar dengan berdiri. 

Sungguh rasa perih dari luka basah, ataupun tubuh lelah tersebab kurangnya istirahat masih-lah bukan apa-apa. Menjadi ibu juga harus siap mengabaikan apa yang didengar oleh telinga, menyiapkan lidah agar tak terlepas kendali dalam amarah, bahkan mental untuk menghadapi segala argumen tak diminta yang akhirnya cuma menyesakkan dada. Ternyata konsekuensi dari jatuh cinta memang tak selalu datang bersama bahagia. Saat diri menjadi ibu, maka kemampuan layaknya superhero hadir seolah menuntut untuk bisa ini itu. 

Perubahan drastis menantang kesiapan seorang ibu untuk melalui segala prosesnya. Dukungan orang terdekat atau keluarga pasti sangat-sangat dibutuhkan. Memberikan bantuan atau tindakan yang diperlukan, baik dalam pengasuhan maupun pemulihan, lalu disertai kalimat asertif sangat berarti dan dibutuhkan. Agar tubuh yang rasanya rapuh, tak lantas diperparah dengan jiwa yang runtuh. 

Runtuhnya jiwa seorang ibu merupakan hal krusial yang tak bisa disepelekan. Kondisi tersebut kerap dialami ibu pasca melahirkan sehingga merasa sedih dan murung yang dikenal dengan istilah baby blues syndrome. 

Lalu, apa sih itu baby blues syndrome?

Mengenal Baby Blues Syndrome

Dilansir dari Siloam Hospitals, Baby blues syndrome adalah gangguan kesehatan mental yang dialami wanita pasca melahirkan. Gangguan ini ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, seperti gundah dan sedih secara berlebihan. 

Pada umumnya situasi ini rata-rata berlangsung sementara pasca persalinan hingga rentang waktu 14 hari kemudian, namun akan sangat berbahaya bila tak ditangani dengan baik. Gejala lebih lanjut dari baby blues syndrome dapat mengakibatkan ibu sulit tidur, nafsu makan berkurang, tidak memperhatikan anaknya bahkan tidak mau menyentuh. 

Hal tersebut beberapa pengaruh yang muncul akibat baby blues syndrome. Dampak lebih jauh tentu saja ada dan tidak diinginkan. Apa saja dampak baby blues syndrome dan mengatasinya?

Dampak Baby Blues Syndrome

Stres yang berkepanjangan akan mengakibatkan mental ibu juga terganggu hingga depresi tingkat berat. Dampak yang ditimbulkan pun bisa berpengaruh besar, bahkan ada beberapa kasus atau tindakan nekat yang dilakukan ibu saat sudah mengalami depresi berat. 

Situasi ketidaksiapan atau baby blues syndrome muncul akibat perubahan psikologis yang dialami ibu karena stress dalam menghadapi proses kehidupan baru. Ketika mengalami situasi ini, ibu akan merasa cemas tanpa sebab, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah merasa marah dan kesal, bisa tiba-tiba menangis tanpa alasan jelas, lebih sensitif, tidak percaya diri akan kemampuannya sebagai seorang ibu dan merasa khawatir pada bayinya. 

Dampak berkepanjangan dari baby blues syndrome akan berpengaruh pada psikologis ibu, bahkan bisa melukai diri sendiri atau membahayakan si bayi. Seperti beberapa kasus atau berita sebagai berikut:

akibat baby blues






Baby blues syndrome mungkin tak bisa dihindari. Karena bagaimanapun proses perubahan yang terjadi kepada seorang ibu pasca melahirkan pasti ada. Oleh karena itu, menciptakan suasana rumah dan keluarga idaman sangat dibutuhkan. Peran keluarga sangat mendukung pemulihan kesehatan ibu. 

Nah, sebelum mengetahui penanganan dan peran keluarga dalam menangani baby blues syndrome kita ketahui dulu apa saja penyebab baby blues syndrome yuk.

Penyebab Baby Blues Syndrome

Salah satu alasan yang umum ditemui dari munculnya situasi ini dikarenakan kurangnya dukungan sosial dan emosional di sekitarnya. 

Selain itu, perubahan hormon pasca persalinan juga memicu terjadinya baby blues syndrome. Di mana saat hamil hormon estrogen dan progesteron meningkat, sebaliknya setelah melahirkan akan menurun drastis. 

Faktor lainnya juga dapat memicu baby blues sydrome, seperti ketidaknyamanan fisik, kurang tidur, dan stres dengan tanggung jawab sebagai ibu. Untuk mencegah dampak buruk dari baby blues syndrome sangat bergantung pada peran suami dan keluarga inti. 

Selengkapnya apa saja yang dapat dilakukan dalam penanganan baby blues syndrome?

Penanganan Baby Blues Syndrome 

Dalam penanganan baby blues syndrome pemulihan kesehatan fisik dan mental ibu sangat diutamakan. Caranya dengan lebih memperhatikan diri sendiri, di antaranya dengan istirahat yang cukup, mengonsumsi makanan bergizi, atau melakukan me time yang dapat menghibur. 

Tentunya dukungan positif sangat dibutuhkan ibu. Dengan mendukung kesehatan psikis seorang ibu juga akan membantu kesehatan fisiknya pulih lebih cepat. Suami dan keluarga inti perlu memahami peranan dirinya yang tepat terhadap ibu pasca melahirkan, dengan begitu dapat mengurangi terjadinya baby blues syndrome. 

Berikan kondisi yang nyaman bagi ibu untuk dapat berbagi pikiran  dan perasaan setelah melahirkan. Jalin komunikasi yang baik dengan orang terdekat akan membantu ibu menekan dampak baby blues syndrome. Hal tersebut akan membantunya mengurangi beban emosional. 

Referensi:

- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-baby-blues-syndrome

- https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-6715808/ibu-di-rembang-bunuh-bayi-lalu-gantung-diri-psikolog-singgung-baby-blues

- https://www.tvonenews.com/channel/news/140918-miris-depresi-pasca-melahirkan-menimbulkan-aksi-nekat-ibu-membunuh-anaknya

- https://regional.kompas.com/read/2020/02/26/21585121/ibu-tenggelamkan-bayinya-usia-4-bulan-memiliki-riwayat-baby-blues

- https://katadata.co.id/lifestyle/varia/64d6f2965f83c/baby-blues-pengertian-penyebab-dampak-dan-cara-mengatasinya


Komentar

  1. aku sediiih bange ngomongin baby blues ini. ga cuma ibu dari kalangan ekonomi lemah loh yang ngalami, pernah lihat ig post seorang ibu muda berpendidikan tinggi dan karir cemerlang juga mengakhiri hidupnya karena baby bluess ini. makin tau gini sebagai kaum ibu harus makin empati dengan ibu pasca lahiran, jaga ucapan jangan membandingkan atau sok kasih saran, atau nyindir apalah apalah...aku sendiri ngalami sebel banget sama ibu-ibu jenguk baby komen ini itu. meski sebenarnya itu menunjukkan cermin pengalaman mereka dulu juga digituin orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Iya mba bener banget. Siapapun bisa kena syndrome ini. Aku pun juga sama. Makanya dibuat tulisan buat menyalurkan uneg2 sekalian.

      Hapus
  2. Maka dari itu pentingnya jangan buru buru sambang kalo ibu baru melahirkan. Mulutnya orang ini loh nggak bisa kita kondisikan. Dari satu kata saja bisa bikin ibu overthingking

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mbak. Kadang enteng orang berkata seenaknya mengomentari ibu. Padahal kan nggak tau pasti bagaimana kondisi dan situasi yang dirasakan.

      Hapus
  3. Ibu yg baru melahirkan memang butuh support system terbaik ya untuk menjaga kesehatan mentalnya. Semangat untuk mommies yg sedang berjuang merawat diri & buah hati ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap menyemangati ibu yang baru saja melahirkan. Kalau bisa sih selain ngasih hadiah buat debay, ibunya juga dikasih hehe

      Hapus
  4. Semangat untuk para ibu yang baru melahirkan bayinya. Semoga semua selalu dalam lindungan-Nya dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Kalau Bu Wahyu sudah berpengalaman ya mengurus bayi. Duh nggak kebayang ibu2 zaman dulu bagaimana menghadapi berbagai tekanan dalam pengasuhan anak.

      Hapus
  5. Aku merasakan banget perubahan hormon dan suasana hati pas melahirkan. Apalagi komentar orang lain tentang bayi dan diriku itu juga bisa jadi salah satu pemicunya. Emang lebih baik kita nggak usah komentar apa-apa sama ibu yang baru melahirkan. Miris banget sekarang banyak berita begitu, itu berarti kurangnya kepedulian orang-orang sekitar juga yang menganggap hal ini masih sepele.

    BalasHapus
  6. Bersyukur saya tidak mengalami hal ini. Menurut saya hal ini karena dukungan dari keluarga setelah saya melahirkan. Pasca melahirkan hampir semua pekerjaan rumah suami yang mengerjakan, mulai dari mencuci baju hingga mencuci piring jadi saya hanya fokus pada bayi. Baru setelah hampir satu bulan saya mulai sedikit-sedikit mengerjakan pekerjaan rumah

    BalasHapus
  7. Peran suami di sini sangat vital saya rasa. Dia harus menjadi bagian yang paling sigap dengan perubahan suasana atau mood istri. Lelah menghadapi istri setelah melahirkan itu wajar, hanya saja harus tetap dapat bersabar dan mengontrol diri, agar tidak selalu menyalahkan istri. Saya rasa, baby blues syndrom ini, bagian dari PTSD hanya saja dengan level yang berbeda

    BalasHapus
  8. Pasca melahirkan memang saat yang rawan bagi ibu. Lelaki fisik dan psikis bersamaan. Kalau dijalani sendirian memang lelah dan stres full. Semoga kesadaran keluarga semakin tinggi ya, jadi kasus efek baby blues syndrome gak akan ada lagi.

    BalasHapus
  9. Semangat buat buk ibu yang berjuang menjaga buah hatinya,

    BalasHapus

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung. Tambahkan komentar untuk mendukung blog ini yaa.

Postingan populer dari blog ini

Doremi English: Kursus Mengajarkan Bahasa Inggris pada Anak Mudah dan Menyenangkan

Ayah bunda pasti akrab dengan pepatah ini, “buku adalah jendela dunia” . Iya, karena dengan membaca buku sama halnya dengan membuka wawasan dan pengetahuan baru, bahkan dari sisi dunia yang berbeda. Kalau buku dianggap sebagai jendela dunia, maka bahasa merupakan jendela mempelajari budaya. Sepakat dengan pernyataan itu nggak ayah bunda? Bahasa menjadi alat komunikasi bagi sesama manusia. Bukan hanya menguasai bahasa sendiri, belajar bahasa asing juga sama pentingya. Tidak hanya untuk mempelajari budaya suatu bangsa, dengan kemampuan bahasa asing banyak manfaat yang bisa didapatkan. Manfaat belajar bahasa asing diantaranya mengantarkan seseorang pada pengalaman baru, meningkatkan kepercayaan diri, kemungkinan masa depan cemerlang, dan kesempatan baik lainnya. Tak heran, mempelajari bahasa asing dianggap perlu. Terutama mengajarkan bahasa Inggris pada anak. Lalu, kenapa sih ayah bunda perlu mengajarkan bahasa Inggris pada anak? Manfaat Mengajarkan Bahasa Inggris pada Anak Bahasa Inggri...

Jangan Biarkan, Ini Resiko Mata Kering dan Solusinya!

Kondisi mata lelah. Sumber: pexels.com Pagi ini, saya terbangun cukup kesiangan lagi. Terutama memasuki tahun 2024 ini. Saya bisa bangun tidur paling awal pukul 6. Padahal dulu bisa bangun waktu subuh. Hal itu saya rasa karena mata begitu pedih. Bukan tanpa alasan, mata saya terasa kering karena setiap hari menatap layar laptop berjam-jam. Untuk mengerjakan tugas kuliah hingga menuntaskan pekerjaan, semua saya lakukan melalui laptop. Pernah beberapa waktu lalu saya menatap layar laptop dari jam setengah delapan hingga tengah malam. Alhasil saya beranjak tidur dalam keadaan mata kering, lalu bangun dalam kondisi mata berat sekali untuk dibuka. Rasanya sungguh tak nyaman, apalagi hal tersebut saya alami berulang. Sudahlah mata pedih saat menjelang tidur, pun bangun tidur yang dituju pertama buka gawai. Mikirnya sih biar mata bisa melek. Duh, tapi jadinya mata semakin kering. Saya jadi risau juga, kalau kondisi tidak menyenangkan ini terus terjadi. Gimana ya kondisi mata saya? Nah, sebena...