Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno memiliki satu kutipan yang mungkin banyak dikenal dan diingat masyarakat. Kutipan tersebut ialah, ''JAS MERAH". Suatu kutipan sederhana yang sangat mengena, merupakan kepanjangan dari "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah".
Dikatakan suatu kutipan yang mengena, karena melupakan sejarah sama halnya mengabaikan perjuangan nenek moyang atau pendahulu bangsa yang pernah berjuang. Melalui sejarah, suatu generasi bisa belajar banyak hal dari peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Kita dapat mengambil hikmah serta menjadi pembelajaran agar peristiwa yang tidak menyenangkan dahulu tak terulang kembali.
Sejarah berdampak besar pada kehidupan suatu bangsa maupun masyarakat dunia. Maka, bisa dipahami mengapa belajar sejarah sangat penting. Kira-kira apa saja ya manfaat belajar sejarah?
5 Manfaat Belajar Sejarah
Mempelajari sejarah penting karena dapat membawa manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Berikut ini 5 manfaat belajar sejarah:
1. Memberikan Pembelajaran dari Pengalaman Lampau
Pengalaman atau peristiwa di masa lampau mengandung pembelajaran berharga. Mempelajari sejarah dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang apa yang gagal atau telah berhasil dilakukan. Hal itu dapat membantu masyarakat untuk pengambilan keputusan yang lebiih bijaksana.
2. Membantu Memahami Identitas
Seseorang dapat mengenal akar dan nilai-nilai yang membentuk budaya dan masyarakat tempat mereka hidup dengan mempelajari sejarah. Memahami sejarah dapat membantu individu atau masyarakat mengenali identitas mereka.
3. Memiliki Pemahaman terhadap Konteks
Dalam menghadapi suatu persoalan, manusia kerap membutuhkan pertimbangan agar keputusan yang diambil minim kesalahan. Dengan mempelajari sejarah, inividu mendapatkan gambaran pertimbangan serta memiliki pemahaman terhadap konteks perosalan nyang dihadapi. Mempelajari sejarah dapat memberikan konteks yang diperlukan untuk memahami peristiwa, keputusan, dan perubahan dalam masyarakat. Tanpa pemahaman sejarah, interpretasi terhadap realitas masa kini menjadi terbatas.
4. Membentuk Wawasan dan Mendukung Profesi
Mempelajari sejarah dapat membentuk wawasan dan persepsi baru. Melalui studi sejarah akan membuka pandangan tentang dunia, mengembangkan pemikiran kritis, dan memperdalam pemahaman tentang kompleksitas manusia dan masyarakat. Selain itu, dengan mempelajari sejarah juga akan mendukung profesi tertentu. Penelitian yang berkaitan dengan sejarah dapat digunakan bagi sejarawan, guru, arkeolog, filsuf, dan penulis.
5. Media Pendidikan dan Pembelajaran
Studi sejarah dapat mendukung proses pendidikan dan pembelajaran. Guru dapat menggunakan pengetahuan dari sejarah untuk membuat media belajar di kelas.
Mengajarkan sejarah bagi anak juga akan memberikan panduan teoritis terhadap konsep pengalaman di masa lalu. Hal itu akan mendukung pula dalam beberapa profesi menjalankan berbagai keputusan di masa kini.
Salah satu profesi yang harus memahami konsep sejarah yaitu guru, terutama berkaitan dengan pendidikan. Guru dapat memahami studi sejarah dari perkembangan pendidikan yang ada di negaranya. Tidak terkecuali bagi pendidik di Indonesia. Lalu. bagaimana sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Seperti apakkah perjalanan pendidikan nasional. Mari simak selengkapnya.
Sejarah Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Studi sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia sama halnya dengan memahami perjalanan Pendidikan Nasional. Guru perlu memahami perjalanan pendidikan nasional agar rmengenal identitas pengajaran bangsa, mengerti konteks, memiliki wawasan dalam menghadapi masa kini, dan dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai.
Perjalanan pendidikan nasional di Indonesia telah mengalami berbagai fase dan perubahan sepanjang sejarahnya. Berikut ini sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia:
1. Pendidikan Masa Kolonial Belanda
Pendidikan di Indonesia diketahui sudah ada sejak abad ke-16. Ketika bangsa Portugis datang ke Indonesia. Beberapa hal yang mereka lakukan, di antaranya membangun sekolah untuk memberikan pendidikan baca, tulis, dan hitung. Namun, kegiatan mengajar dari bangsa Portugis tiak berlangsung lama, karena digantikan sekolah yang didirikan kolonialisme Belanda mulai tahun 1627.
Masa kolonial Belanda, sistem pendidikan lebih ditujukan untuk kalangan elite pribumi agar dapat mengisi peran birokratis dan pegawai pada pemerintahan kolonial. Bahasa pengantar utama dalam pendidikan adalah Bahasa Belanda. Sekolah yang diberikan pihak kolonial menimbulkan kesenjangan pendidikan yang cukup jauh, dikarenakan hanya kalangan tertentu yang bisa mengaksesnya dan dibagi ke beberapa golongan.
Kemudian, pada tahun 1922 Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau biasa dikenal Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa sebagai bentuk perjuangan menentang penjajahan di jalur pendidikan dan kebudayaan.
Prinsip dasar pendidikan Taman Siswa sebagai pedoman untuk guru ialah Patrap Triloka. Konsep Patrap Triloka dikembangkan Ki Hadjar Dewantara setelah mempelajari sistem pendidikan progresif yang dikenallkan oleh Maria Motessori. Prinsip ini dalam bahasa Jawa terdiri dari tiga unsur yaitu, Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberikan teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberikan kemauan), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan).
2. Pendidikan Pasca Kemerdekaan
Perjalanan pendidikan di Indonesia pasca kemerdekaan (1945) mencakup berbagai fase dan perubahan signifikan. Pada awal kemerdekaan, pendidikan diarahkan untuk membentuk karakter bangsa dan mencetak kader-kader pembangunan. Di tahun 1945, juga diadakan Kongres Pendidikan Nasional yang menghasilkan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) di bidang pendidikan. Pada masa itu pendidikan disesuaikan dengan semangat nasionalisme, dan bahasa pengantar berubah dari Belanda ke Bahasa Indonesia.
Pada masa selanjutnya, perjalanan pendidikan di Indonesisa memasuki era Revolusi (1945-1949). Masa revolusi diwarnai oleh perang kemerdekaan melawan penjajah. Banyak sekolah yang tutup dan berpindah-pindah akibat situasi perang. Memasuki tahun 1950-an, sistem pendidikan mulai dipusatkan dan diorganisir lebih terstruktur, setelah ditetapkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada tahun 1950 juga terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan dan sistem pendidikan. Selanjutnya, perkembangan pendidikan berfokus pada pembangunan dasar, dengan diperkenalkannya konsep pendidikan sembilan tahun (SD, SMP, SMA) pada tahun 1952.
3. Pendidikan Era Reformasi
Pendidikan dasar sembilan tahun diperkenalkan secara resmi pada tahun 1961. Pendidikan dasar sembilan tahun dijalankan secara lebih massal dan terpusat. Pada era ini, diperkenalkan juga konsep Trilogi Pembangunan, yang melibatkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan pembangunan sosial.
Pasca-Reformasi pada tahun 1998, terjadi perubahan signifikan dalam sistem pendidikan. Otonomi daerah diperkenalkan, memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola pendidikan di wilayahnya. Peningkatan akses pendidikan dan pembangunan pendidikan tinggi menjadi fokus.
4. Pendidikan Abad ke-21
Perkembangan teknologi informasi diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan, termasuk penggunaan e-learning dan digitalisasi kurikulum. Pendidikan karakter menjadi fokus penting dalam upaya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki nilai-nilai moral.
Sejak Reformasi, pendidikan di Indonesia terus mengalami transformasi dan pengembangan. Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan, mengatasi disparitas antarwilayah, dan mempersiapkan generasi muda menghadapi tuntutan global di abad ke-21.
Oleh karena itu, setelah masa reformasi sistem pembelajaran di Indonesia mengacu pada kebutuhan pendidikan abad ke-21. Pendekatan pendidikan ini mengakui perubahan besar di dunia modern dan berusaha mempersiapkan siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan ini menekankan pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif, seiring dengan penguasaan teknologi informasi dan pemahaman tentang nilai-nilai moral.
Kurikulum Merdeka adalah salah satu inisiatif dalam rangka menciptakan pendidikan abad ke-21 di Indonesia.
Kesimpulan
Perjalanan pendidikan di Indonesia setidaknya telah melalui empat abad lamanya. Berbagai perubahan dan transformasi telah terjadi untuk terus mengupayakan tujuan pendidikan yang ideal bagi bangsa Indonesia.
Memahami berbagai perubahan yang telah terjadi, sebagai seorang guru khususnya harus mampu beradaptasi. Guru menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat yang dapat mengambil inspirasi dari pengalaman masa lampau, memahami konteks dalam menghadapi permasalahan, serta memiliki kebijaksanaan dalam menjalankan proses pembelajaran yang relevan.
Perjalanan pendidikan di Indonesia adalah sebuah perjalanan panjang yang mencerminkan perubahan dan tantangan dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu, pendidikan telah mengalami transformasi signifikan, dari masa pra-kemerdekaan hingga era modern. Sebagai individu yang hidup di tengah-tengah dinamika ini, saya merasa penting untuk merenung tentang perjalanan pendidikan Indonesia dan dampaknya pada perkembangan diri dan masyarakat.
Pendidikan sejak awal telah dianggap sebagai kunci keberhasilan suatu bangsa. Pada masa kolonial Belanda, pendidikan dirancang untuk mencetak birokrat dan pegawai yang setia pada pemerintah penjajah. Namun, semangat perlawanan dan semangat kebangsaan muncul dengan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, membuka lembaran baru dalam sejarah pendidikan Indonesia.
Era kemerdekaan awal menandai usaha keras untuk membangun sistem pendidikan yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme. Kongres Pendidikan Nasional di tahun 1950-an menghasilkan arahan penting yang membentuk landasan pendidikan nasional. Meskipun begitu, perjalanan ini tidaklah tanpa cobaan. Masa revolusi, krisis politik, dan perubahan rezim memberikan pengaruh yang mendalam terhadap arah pendidikan.
Periode Orde Baru yang dimulai pada tahun 1966 membawa perubahan struktural dan peningkatan jumlah sekolah. Namun, kendati peningkatan aksesibilitas, sistem pendidikan cenderung terpusat dan kurang mengakomodasi keberagaman lokal. Sistem tersebut menciptakan kesenjangan antara pendidikan di perkotaan dan di pedesaan.
Pada era Reformasi di tahun 1998, terjadi perubahan paradigma. Otonomi daerah diperkenalkan, memberikan kesempatan untuk pengelolaan pendidikan yang lebih lokal. Pendidikan tinggi berkembang pesat, dan pendekatan pendidikan abad ke-21 mulai mengemuka. Kurikulum Merdeka menjadi salah satu manifestasi dari semangat baru ini, memberikan guru dan sekolah keleluasaan dalam mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan konteks mereka.
Namun, tantangan masih ada. Disparitas antarwilayah dan antarkelompok sosial, kurangnya sumber daya, dan ketidaksetaraan akses pendidikan menjadi aspek yang harus terus diatasi. Pendidikan karakter yang diperkenalkan juga memerlukan implementasi yang konsisten untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
Melalui refleksi ini, saya menyadari bahwa perjalanan pendidikan Indonesia adalah perjalanan yang penuh warna, dengan capaian dan rintangan. Pendidikan memiliki peran sentral dalam membentuk wawasan, karakter, dan kemampuan generasi penerus. Sebagai individu, saya merasa terdorong untuk terus mendukung upaya peningkatan pendidikan di Indonesia, sehingga setiap anak bangsa memiliki kesempatan yang setara untuk menggapai impian dan potensinya. Perjalanan ini bukanlah akhir, tetapi sebuah evolusi terus-menerus menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, berkualitas, dan relevan dengan tuntutan zaman.
Tapi sistem pendidikan di Indonesia yang terus-menerus bertransformasi itu sebenarnya juga kurang efektif gak sih, Mbak? Kek setiap ganti menteri ganti kurikulum. Bukannya itu malah bikin kita gak segera sampai pada tujuan pendidikan nasional? Okelah kalau ada perubahan dalam konteks pengembangan, up date materi atau alat pembelajaran, tapi jangan konsep dasarnya yang setiap ganti menteri ganti juga. Harusnya ada blue print yang jadi pegangan dasar untuk semua pengambil kebijakan di sistem pendidikan di Indonesia, sehingga bisa berkelanjutan. Bukan setiap ganti pejabat mulai lagi dari nol. Kan diknas bukan SPBU, hehehe...
BalasHapusIya memang mb, identiknya kita dikenal gonta-ganti kurikulum. Memang nggak gampang, apalagi tantangan pendidikan di Indonesia banyak banget.
HapusSaya berharap pendidikan lebih menguatkan aspek tujuan hidup, jadi ada penekanan ke big why seorang anak menempuh pendidikan. Banyak anak lulus SMA bahkan lulus perguruan tinggi belum matang arah tujuan hidupnya. Minimal punya mimpi berkontribusi atau memberi manfaat untuk kehidupan, bukan sekedar mendapat pekerjaan untuk masa depannya sendiri. Kalo sudah punya cita-cita kan tinggal mikir gimana jalur berjuangnya. Ini perbedaan karakter orang berpendidikan di zaman dulu dengan sekarang. Jaman sebelum tahun 80-an orang kejar pendidikan tinggi pasti ada tujuan untuk berbuat lebih bagi bangsa negara atau minimal desanya. Anak sekarang? lebih memilih ke prestise pribadi deh kayaknya
BalasHapus